Hujan seperti senyawa yang membuat hatiku meradang rindu, entah siapa
yang benar benar di rindu. Masa lalu ? atau kamu ? mungkin lebih tepatnya
kenangan kenangan di masa lalu bersamamu. Aku ingat ketika hujan turun waktu
itu, kita tertawa dibawa payung yang sama dan berkata bahwa hawa dingin saat
itu takkan melupakan hati kita dari kehangatan. Kehangatan.. ya yang aku ingat
hanya sedikit, namun aku masih bisa merasakannya.
Waktu itu dan saat ini, semua telah banyak berubah, hujan kembali datang
dan aku melewatinya tanpa kamu, tanpa teman berteduh dibawah payung yang sama,
tanpa kehangatan yang sama. Terkadang ingin menangis, tapi tak pernah bisa.
Sepertinya jatiku telah lupa bahwa aku masih memiliki air mata, atau mungkin
air mata yang lelah untuk memilikiku. Karena seberapa sering aku terus
bersamanya belakangan ini, membuatnya harus membuat jarak antara aku dan
bahagia sampai lelah dan pergi menjauh sama sepertimu.
Terkadang juga aku merasa bodoh, entah bodoh karena sempat mengenalmu,
atau bodoh karena mencoba melupakanmu dan menerima takdir yang baru. Aku tak
tahu.
Ketika kamu pergi, banyak yang ingin bersamaku, menanyakan segala hal
yang sama sepertimu saat dulu kau memilihku, namun bagiku rasanya tak sama.
Karena itu bukan kamu. Mungkin kamu akan merasa aku sedang bersedih saat
menulis ini, tapi kenyataannya aku hanya diam dan terlalu banyak berfikir.
Kamu dan janjimu seperti lubang yang masih ada dan membekas membuat
luka. Membuatku merasa bahwa aku memang benar-benar bodoh sampai hilang arah.
Ya.. aku hilang arah, karena kebiasaanku bersamamu, kebiasaanmu disisiku,
kebiasaanmu menentukan arah dimana aku. Semua itu membuatku terus merasa entah
dimana.
Aku ingin pulang, ke jalan dimana aku tak ingat itu, tak ingat kamu.
Tapi jalannya terlalu jauh. Ya.. kamu yang membawaku terlalu jauh, sampai aku
lupa dimana aku dahulu, seperti apa tawa bahagiaku, bagaimana obsesi dalam
diriku, siapa aku.